Posted by : Unknown Selasa, 12 Maret 2013

 
Matahari masih tampak malu menunjukan dirinya, bersembunyi, mengintip dari balik lembaran selendang jingga yang membentang di langit timur. Sementara sang ayam jantan telah terjaga dari tidurnya sejak beberapa jam yang lalu. Juga sekelompok burung gereja yang terlihat bersemangat menyambut hari, bergerombol berbaris rapi, terbang menuju atap-atap rumah dan pohon-pohon. Tak lain halnya dengan Pak Kasmun, bapak tua berumur 60 tahunan, berkulit legam yang lengannya dipenuhi otot-otot yang menonjol sebagai bukti bahwa ia pekerja keras. Ia telah siap dengan topi capingnya(sebuah topi yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut) dengan membawa cangkul dan parang ia menuju ke sawah. Bersama setiap kayuhan sepedanya terkumpul amal-amal sholeh, karena setiap pekerjaannya diawali dengan basmallah dengan niat Ibadah.

Di hari-hari bisaa ia tak berangkat sepagi ini, tapi karena beberapa hari ini ada seseorang yang merusak tanaman singkongnya, ia terpaksa berangkat lebih awal dari bisaanya. Ia ingin tahu siapa orang yang selama ini merusak, memetik daun-daun  singkongnya.

Sesampainya di sawah ia bersembunyi, mengintai dari balik rumput-rumput ilalang yang letaknya tak jauh dari tanaman singkongnya. Hingga tak berapa lama ia menunggu terlihat anak kecil berumur 8 tahunan yang mencurigakan, sesekali menengok ke kanan dan ke kiri berjalan menuju tanaman singkong Pak Kasmun. Kemudian memetik daun-daun singkongnya dan memasukannya ke dalam kantong kresek yang ia keluarkan dari saku bajunya.

Pak Kasmun yang melihatnya spontan marah, ia keluar dari persembunyiannya sambil mengacung-acungkan parangnya kearah bocah tadi,
“Bocah sialan, tak tahu adab, apa orang tuamu tidak pernah mengajarkan kebajikan!!!” Teriak Pak Kasmun lantang.
Sang bocah lari ketakutan. Pak Kasmun merasa apa yang ia lakukan hari ini pasti membuat bocah itu jera dan tak akan kembali lagi.
*****
Hari berikutnya,
Masih Matahari yang sama, langit yang sama, burung-burung gereja yang mungkin sama, topi caping yang sama, cangkul dan parang yang sama dan semangat yang sama pula, Pak Kasmun menuju sawahnya. Dan kembali ia lihat bocah yang sama, kembali memetik daun-daun singkongnya.
“Ahhh, belum kapok itu bocah.” Gumamnya dalam hati. “Anak siapa sebenarnya ini bocah???”
Karena penasaran Pak Kasmun membiarkan bocah tadi memetik daun-daun singkongnya sampai puas, kemudian diam-daiam mengikuti bocah tadi menuju ke rumahnya. Pak Kasmun berniat menemui orang tuannya untuk memberitahukan kelakukan anaknya agar mau menasehatinya.

Sampailah di sebuah rumah kecil berukuran 6x7m dengan kondisi rumah yang tak begitu baik. Bocah tadi masuk ke dalam rumah itu dari pintu belakang, tanpa ia sadari Pak kasmun masih mengikutinya. Dari balik pintu yang sedikit terbuka Pak Kasmun mengintip apa yang dilakukan bocah itu. Kemudian apa yang terjadi ? Pak Kasmun terlihat menangis. Kenapa? Yah, Pak Kasmun menangis karena ternyata di dalam rumah itu ada adik dari bocah itu yang menunggu-menunggu kedatangannya. Yang terlihat gembira saat melihat kakanya pulang dengan membawa sekantong kresek daun singkong sambil berteriak :”Horee… Hari ini kita makan pakai lauk, Horee… hari ini nggak cuma nasi yang kita makan, tapi ada juga daun singkong.. Hore…”.
Bagaimana Pak Kasmun tidak menangis melihat dua bocah yang kegirangan hanya karena sekantong kresek daun singkong, sementara di tempat lain anak-anak seumurnya sering kali masih merasa kurang dengan banyak hal yang sudah mereka miliki. Bagaimana Pak Kasmun tidak menangis melihat dua bocah yang gembira hanya karena bisa makan nasi dengan lauk daun singkong, sementara di tempat lain banyak orang-orang yang masih mengeluh padahal apa yang bisa ia makan jauh lebih baik dari itu.
*****
Dua bocah itu anak yatim, ibunya hanya seorang penjual rombengan (penjual baju-baju bekas). Dan sejak saat itu, setiap pagi, siang dan sore Pak Kasmun membawakan makanan ke rumah mereka.


Pagi ini, apa yang anda makan? Apa anda mengeluhkannya?

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Dari Pada Bengong - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -